Arsip Kategori: Pendidikan

Kenalkan Alat Pertanian Zaman Dulu, Disdikbud Maros Gelar Pameran Temporer di Pelataran Mall

Keterangan Gambar : Salah satu pengunjung yang melihat beberapa alat pertanian zaman dulu (dok.museum maros)

Museum Maros— Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Maros, menggelar Pameran Temporer Tradisi Bertani di lantai dasar Grandmall Maros Batangase, Kecamatan Mandai Maros, Sabtu (18/6/2022).

Sekaligus membuka acara, Wakil Bupati Maros Suhartina Bohari sangat mengapresiasi kegiatan tersebut.

Wakil Bupati Maros mengatakan pameran alat-alat tradsional tidak hanya dapat dijumpai ketika masuk kedalam museum, tetapi juga ada dalam Mall.

“Ini termasuk kegiatan yang baik dan pas, selain orang dapat berbelanja alat-alat atau perlengkapan yang modern, pengunjung juga dapat menikmati dan melihat benda tradisional zaman dulu,” katanya. 

Ia berharap, generasi yang ada dikabupaten maros lebih mencontoh hal positif dari pemerintah maros terkait edukasi dan pengetahuan terhadap tradisi-tradisi zaman dulu.

Sementara itu, Kabid Kebudayaan Maros Andi Nurfaidah mengatakan, kegiatan ini bertujuan sebagai manifestasi ketahanan budaya.

“Ini untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat  serta mengedukasi pemuda milenial maupun masyarakat luas terkait alat bertani dulu,” katanya.

Menurut Nurfaidah,  memilih mall atau pusat keramaian masyarakat sebagai pemahaman kembali wujud budaya agar tidak hilang.

“Ini sebagai flashback kembali karena dalam bidang kebudayaan yang makin merosot disuatu daerah, maka terjadi erosi nilai budaya, maka dari itu kita timbulkan kembali dengan kemasan pameran temporer agar masyarakat tahu dalam pertanian dulu itu ada namanya alat seperti ini,” ujarnya.

Menurut Nurfaidah, dalam pameran ini, beberapa alat-alat tradisinonal bertani berusia kurang lebih 2000 tahun yg lalu ditampilkan dengan kondisi yang masih terawat.

“Usia alat-alat ada yang sampai 2000 tahun lalu dengan kondisi yang terawat. Untuk penemuannya sendiri itu dari berbagai daerah di Maros, seperti Mallawa, Tanralili, Simbang dan beberapa daerah di 14 Kecamatan di Kabupaten Maros,” bebernya.

Kegiatan ini juga rencanaan akan dilaksanakan selama dua hari mulai dari tanggal 18-19 Juni 2022. 

“Selama dua hari kami akan melaksanakan dengan memamerkan beberapa alat tradisional seperti Kandao (sabit), Pajjeko (alat bajak sawah), Bingkung (cangkul), Salaga dan alat penumbuk Padi, serta masih banyak lagi,” ujarnya.

Khusus koleksi pertanian yang lainnya, masyarakat dapat langsung ke museum daerah maros yang ada di jalan Lanto Dg. Pasewang tepat berada didepan Polres Maros.

Hadir dalam kegiatan tersebut, Wakil Bupati Maros, Suhartina Bohati, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Maros, Karaeng Marusu, Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disparpor) Maros dan perwakilan lembaga adat serta sanggar seni yang ada di kabupaten maros.

Tradisi Mudu’ Jolloro’ Jadi Ajang Menarik Wisatawan ke Rammang-rammang

Museum,Maros – Berbagai cara dilakukan oleh masyarakat dalam menarik wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Sepertihalnya perayaan Maudu’ jolloro’ atau maulid perahu oleh ratusan masyarakat yang bermukim di kawasan wisata alam Rammang-rammang, Desa Salenrang Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros.

Sebagaimana perahu yang tidak dapat dilepaskan dari kultur masyarakat Rammang-rammang, sehingga perayaan maulid ditempat ini digelar dengan menggunakan perahu sebagai wadah untuk mengangkut makanan dalam memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW.

“Ini juga salah satu upaya untuk menarik wisatawan, Kami juga berharap kedepan bisa jadi event tahunan yang teratur dengan tetap menyusun konsep swadaya untuk membangun kearifan lokal”. Kata Iwan Dento, pelaksana kegiatan.

Di Desa Maros, berbagai cara aktif dilakukan untuk menarik wisatawan, seperti halnya di multiplayer slots yang melakukan promosi dan bonus untuk menarik pemain. Perayaan berbagai acara, seperti Maudu’jolloro dan hari ulang tahun, mengumpulkan ratusan orang, sehingga berkontribusi terhadap pengembangan kawasan wisata alam. Melalui penggunaan perahu dalam acara tersebut, tidak hanya warisan budaya yang terungkap, tetapi juga upaya untuk menarik perhatian dan mengembangkan infrastruktur pariwisata, mirip dengan bagaimana kasino mengembangkan promosi dan bonus baru untuk pemain. Permainan slot biasanya memiliki serangkaian simbol berbeda yang membentuk kombinasi pada gulungan atau gulungan virtual untuk menang. Kombinasi pemenang mengaktifkan pembayaran kepada pemain. Beberapa slot memiliki putaran bonus, putaran gratis, simbol khusus, atau pengganda yang membuat permainan lebih seru.

Selain sebagai upaya dalam membangun tradisi, untuk menarik wisatawan ke tempat ini. Maulid perahu sejatinya sebagai ungkapan kecintaan pada Nabi Muhammad Saw dan rasa syukur masyarakat pada sang pencipta atas sumber daya alam yang melimpah.

“Tahun ini kita kasi nama maudu’ jolloro’ atau maulid perahu, alasan utama sebenarnya adalah membangun rasa syukur dari masyarakat pelaku wisata di rammang-rammang atas sumber daya alam yang melimpah dan agar keterampilan yang mereka miliki harus disyukuri. Kegiatan ini sebenarnya adalah salah satu cara kami mengajak masyarakat untuk berbagi, silaturahmi bersedekah meskipun bentuknya hanya telur, nasi dan beras”. terangnya.

Tradisi Maulid yang digelar ditempat ini tentu sedikit berbeda dari kebanyakan tradisi maulid yang dilaksanakan masyarakat pada umumnya. Di sini hiasan makanan diarak di sepanjang sungai yang selama ini menjadi daya tarik wisatawan di lokasi itu.

Setidaknya lebih dari 50 unit perahu digunakan oleh warga bersama wisatawan, mengarak ratusan paket makanan berisi telur mulai dari jembatan sungai pute menuju mesjid dermaga 2 Rammang-rammang.

“Yang naik diperahu ada beberapa (turis mancanegara) yang jauh-jauh hari sudah janjian untuk ikut, karena ini momen satu tahun dan objek yang kita pakai adalah perahu yang mungkin jarang ditemui”. pungkasnya.

Mappadendang, Sebuah Tradisi Ungkapan Syukur Masyarakat Usai Panen

Museum,Maros – Mappadendang atau pesta panen, menjadi salah satu tradisi warisan leluhur masyarakat di tanah Bugis-makassar, sebagai ungkapan rasa syukur pada sang pencipta atas hasil panen (padi) yang melimpah.

Tradisi yang juga dikenal dengan sebutan A’dengka ase lolo (bahasa Makassar) atau Mannampu ase lolo (bahasa Bugis) ini, masih terus terjaga dan dilestarikan hingga kini oleh masyarakat di Sulawesi selatan.

Sepertihalnya tradisi Mappadendang yang digelar oleh ratusan warga di Dusun Baniaga, Kecamatan Turikale Kabupaten Maros ini.

Mappadendang atau pesta panen diselenggarakan setiap tahunnya, setelah panen padi atau setelah 10 hari perayaan Idul fitri selama 3 hari berturut-turut.

“Itu pesta panen dilaksanakan setelah panen setelah 10 hari idul fitri, itu dilaksanakan setiap tahun. Ini untuk mensyukuri nikmat Allah kita habis panen”. kata H. Akim Bando, selaku toko adat setempat.

Ditempat ini, ratusan masyarakat seringkali hadir untuk menyaksikan keseruan berbagai rangkaian upacara adat Mappadendang.

Orang-orang datang ke Mappadendang untuk melihat upacara adat, seperti halnya para pemain ice casino datang untuk mendapatkan bonus dan promosi yang bagus. Liburan ini diadakan setelah panen padi atau setelah perayaan Idul Fitri, sama seperti kasino yang secara rutin memperbarui bonusnya untuk menandai acara atau perayaan tertentu. Ratusan orang berkumpul di Mappadendang untuk berpartisipasi dalam upacara dan perayaan, seperti halnya kasino tempat orang berkumpul untuk berjudi dan hiburan.

Sebelum acara dilangsungkan, para peserta baik perempuan maupun laki-laki terlebih dahulu mengenakan baju adat, untuk memulai rangkaian ritual yang disebut Mannampu ase lolo (bugis) atau A’dengka ase lolo (Makassar) yang dapat diartikan dengan menumbuk padi muda.

Dengan kepiawaian para peserta menumbuk (menggunakan Alu terbuat dari kayu panjang) lesung berisi padi muda, sehingga menimbulkan bunyi-bunyian merdu yang berirama. Sesekali sorak-sorai penontonpun turut andil dalam memberi semangat.

Pada prosesnya, padi muda yang dituangkan kedalam lesung sebelumnya diolah oleh peserta lain dengan cara di sangrai sampai matang. Kemudian dituangkan kedalam lesung sebagai proses pemisahan kulit dengan isinya, lalu dibersihkan untuk proses lanjutan.

Tokoh adat setempat H. Akim Bando menerangkan, baik bahan dan peralatan yang digunakan dalam kegiatan ini, Semuanya dikumpulkan oleh masyarakat secara sukarela. Seperti halnya hasil panen padi yang dibawah oleh masing-masing masyarakat untuk dikelolah bersama.

“Persiapan kita sampaikan ke masyarakat, kita mau laksanakan mappadendang. Jadi semua masyarakat dilingkungan baniaga ini membawa beras, ada membawa kelapa, gula dan semua perlengkapan yang akan digunakan. Jadi tinggal ketua adat menerima di rumah”. terangnya.

Lebih lanjut iya menjelaskan, setelah proses penumbukan padi muda selesai. Seluruh bahan-bahan yang telah disediakan kemudian dicampur kedalam dua adonan dengan dua rasa yang berbeda.

Untuk rasa manis, padi muda yang telah diolah dicampur menggunakan kelapa dan gula merah. Sedangkan untuk varian rasa gurih dicampur menggunakan garam dan kelapa.

Pada proses penyajiannyapun, hasil olahan ini dinikmati secara bersama-sama. bahkan sebagaian dibagikan pada warga sekitar maupun penonton yang hadir pada acara pesta panen ini.

“Biar perasaan nyaman, kita makan ramai-ramai, perasaan syukur kepada Allah yang telah melimpahkan resikinya pada kita”. pungkasnya.

Menjejak Sejarah Tanah Maros Melalui Museum Daerah

Museum,Maros- Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan dikenal dengan daerah dengan beragam wisata terutama wisata sejarah.

Untuk melestarikan sejarah, Pemerintah Kabupaten Maros mendirikan sebuah museum yang menampilkan sejarah Maros dan sejumlah peninggalan purbakala.

Kepala Bidang Kesenian Dinas Pendidikan dan Lebudayaan Andi Ida Menjelaskan Museum Daerah Kabupaten Maros merupakan museum khusus yang dibangun dengan tujuan sebagai wadah untuk peningkatan pengetahuan dan kualitas pendidikan dengan penyeberan pengetahuan, aktifitas pembelajaran dan rekreasi.

“Ini merupakan museum khusus yang dibangun dengan tujuan sebagai wadah untuk peningkatan pengetahuan dan kualitas pendidikan dengan penyeberan pengetahuan, aktifitas pembelajaran dan rekreasi”,Jelasnya.

Museum daerah maros ini juga dilengkapi dengan penangkaran sebagai media observasi dan pelatihan penangkaran, museum ini mulai didirikan pada 1993 dan terletak di dalam Taman Wisata Bantimurung.

“Alfred Russel Wallace pernah tinggal di Kawasan Bantimurung pada 1856-1857, untuk menikmati pemandangan Bantimurung dan meneliti berbagai jenis kupu-kupu. Koleksi yang terdapat di museum ini berupa ratusan kupu-kupu yang sudah diawetkan dan sebagian besar ditemukan di wilayah Sulawesi Selatan”,Ucapnya.

Museum Daerah Kabupaten Maros berada di bawah kepemilikan Pemerintah Kabupaten Maros serta dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Maros.

Tim Ahli Cagar Budaya Maros Temukan Monumen Perabuan Tentara Jepang

Monumen yang diyakini sebagai benda peradaban Tentara Jepang (dok.museum maros)

Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Maros, menemukan sebuah monumen diyakini sebagai Perabuan Tentara Jepang, di Desa Samangki, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros.(07/03/22).

Anggota TACB Kabupaten Maros, Muhammad Nur menjelaskan monumen Peradaban Tentara Jepang yang ditemukan di Maros terdapat 8 tiang beton persegi 4 yang memiliki inskripsi.

“situs monumen Perabuan Tentara Jepang adalah deretan pancangan 8 tiang beton persegi 4 yang memiliki inskripsi,” Jelasnya.

Dikatakannya sisi 8 tiang beton yang memiliki inskripsi hanya di bagian selatan dan utara, sedangkan sisi timur dan barat saling berdempetan rapat Deretan tiang beton berinskripsi yang ditemukan tersebut memanjang dari barat ke timur.

“Jadi sisi 8 tiang beton yang ditemukan memiliki inskripsi ini hanya di bagian selatan dan utara, sedangkan sisi timur dan barat saling berdempetan rapat Deretan tiang beton berinskripsi yang ditemukan tersebut memanjang dari barat ke timur,” Ujarnya.

Meskipun kalimat yang dikandung inskripsi tersebut tidak dapat terbaca secara utuh, tetapi berdasarkan karakter aksara, dapat diidentifikasi huruf-hurufnya yang menggunakan aksara Kanji dan berbahasa Jepang.

” Saat dilakukan penelitian kalimat yang dikandung inskripsi tidak dapat terbaca secara utuh, tetapi berdasarkan karakter aksara, dapat diidentifikasi huruf-hurufnya yang menggunakan aksara Kanji dan berbahasa Jepang,” Katanya.

Situs monumen Perabuan Tentara Jepang ini menempati lahan perkebunan masyarakat, hanya berjarak sekitar 30 meter dari jalan poros Maros-Camba.

Setelah dilakukan penelitian oleh Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Maros kondisi perabuan Tentara Jepang ini masih asli.

” Kondisi monumen Perabuan Tentara Jepang masih asli, dari periode pendudukan Tentara Jepang di Maros antara tahun 1942-1945, Pada beberapa bagian permukaan beton, baik di sisi selatan maupun sisi barat terdapat pengelupasan bahan sehingga terdapat kerusakan inskripsi sekitar 30 % yang menyebabkan tulisan tidak dapat terbaca utuh,”Ucapnya.

Hingga sekarang situs ini belum mendapat sentuhan program pelestarian dari lembaga pemerintah, Kondisinya juga berada pada lingkungan terbuka yang setiap saat dapat dikunjungi oleh siapapun.

” Satu-satunya langkah pelestarian adalah yang dilakukan masyarakat yang tinggal di sekitar monumen yang biasa membersihkan perkebunan tersebut secara berkala,”tambahnya.

Sekedar diketahui hingga sekarang, masyarakat di Kampung Taddeang lokasi ditemukannya monumen perabuan ini masih sering kedatangan rombongan tamu dari Jepang yang ingin melakukan ritual ziarah kubur untuk leluhur mereka.

Bupati Maros Luncurkan Kalender Kegiatan Pariwisata 2022, Beberapa Kegiatan Ada di Museum Daerah

Museum,Maros — Pemerintah Kabupaten Maros (Pemkab) meluncurkan top 44 calendar of event pariwisata 2022.

Kegiatan ini dibuka dengan talkshow calendar launching of event di area CFD Jl Asoka, Kecamatan Turikale, Kabupaten Maros, pada Minggu pagi, (27/02/22).

Hadir Bupati Maros, Chaidir Syam, Wakil Bupati Maros Suhartina Bohari, Ketua DPRD Maros, Andi Pattarai Amir serta seluruh tamu undangan.

Bupati Maros, Chaidir Syam mengatakan, peluncuran kalender event ini bertujuan untuk membangkitkan kembali ekonomi masyarakat melalui event maros 2022.

“Alhamdulillah kita baru saja meluncurkan kalender event untuk agenda pariwisata Maros, kita berharap event ini nantinya bisa membangkitkan kembali ekonomi masyarakat kita,” katanya.

Peluncuran Calendar of Event adalah salah satu upaya memulihkan ekonomi disektor pariwisata, mengingat pandemi Covid-19 cukup memukul sektor pariwisata.

“Ini komitmen kita bersama dalam rangka pemulihan meningkatkan ekonomi, memang dunia rekreasi pariwisata harus dihidupkan kembali khususnya di Maros,” katanya.

Ia pun berharap kerja sama dari seluruh stakeholder terkait dalam memajukan sektor pariwisata Maros.

Dengan adanya jadwal kegiatan pariwisata Kabupaten Maros di tahun 2022, wisatawan menjadi lebih tertarik berwisata ke Maros. Selain program kegiatan, para wisatawan juga dipersilakan untuk berkenalan dengan industri game Slotogate.

Musik Tradisional Kecapi Jadi Ajang Promosi Wisata Bantimurung

Museum Daerah Maros – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Maros, menggelar lomba musik tradisional kecapi yang diikuti 18 peserta dari berbagai sekolah dan komunitas sanggar seni di wilayah ini.

Selain sebagai ajang promosi dalam menggaet wisatawan pasca ppkm level 3 turun jadi level 2 di wilayah ini, lomba musik kecapi yang berlangsung di Taman Wisata Alam Bantimurung itu juga bertujuan dalam mengembangkan dan menyebarluaskan informasi tentang musik tradisional kecapi.

Ferdiansyah, selaku Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Kabupaten Maros dalam sambutannya menjelaskan, agar kegiatan ini dapat memberikan informasi pada masyarakat terkait adanya musik tradisional kecapi utamamya pada generasi milenial untuk lebih mengenal budayanya.

“Kegiatan ini kita gelar sebagai upaya kita dalam mendorong potensi wisata budaya yang sebenarnya luar biasa jika dikembangkan. Slain itu, kita juga mau memberikan hiburan ke para pengunjung agar objek wisata kita ini makin dikenal dan semakin banyak peminatnya”. Terangnya.

Lomba musik tradisional kecapi yang diikuti para pelajar sekolah SMP dan SMA ini, juga memperebutkan berbagai hadiah menarik.

“Peserta ada 18 orang terdiri dari pelajar SMP dan SMA sekabupaten maros dan dari komunitas sanggar seni, untuk juara pertama akan mendapatkan 3 jt, juara kedua 2,5 jt , juara ketiga 1,5 juta dan harapan satu 1 juta rupiah”. ungkapnya.

Sementara itu Melalui Kepala Bidang Kebudayaan Maros, Muhammad Saibi Sukure berharap agar kegiatan ini bisa membangkitkan musik tradisional dikalangan generasi penerus.

Apalagi kata dia, saat ini banyak yang tidak mengetahui alat musik tradisional.

“Harapan Pemerintah Kabupaten Maros bagaimana kedepannya supaya musik tradisional kita ini dibangkitkan kembali yang selama ini masyarakat millenial kita sudah banyak yang lupa bahkan tidak mengetahui alat musik tradisionalnya sendiri”. Pungkasnya. (*)

Berdasarkan panduan UNWTO, negara-negara yang selama ini menggantungkan pendapatan melalui sektor pariwisata harus mulai mengembangkan visi pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism).

Hal ini penting karena destinasi wisata yang mengembangkan visi ini dianggap mampu terus berlanjut meskipun ada tantangan, tak terkecuali di saat pandemi.

Pariwisata berkelanjutan didefinisikan sebagai pariwisata yang memperhitungkan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan saat ini dan masa depan, memenuhi kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan, dan masyarakat setempat.

Pemerintah Daerah Kabupaten Maros, dan Politeknik Pariwisata Makassar siap bekerjasama pada pengembangan pembangunan Kepariwisataan di Kabupaten Maros.

Kesiapan ini ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman antara Pemkab Maros melalui Bupati, H.AS Chaidir Syam, SIP,MM dengan Direktur Politeknik Pariwisata (POLTEKPAR) Makassar, Drs Muhammad Arifin, MPd. Penandatanganan kerjasama bertempat di Ruang meeting Hotel Teras Kita Makassar , Jumat (21/5/2021).

Dalam Nota Kesepahaman memuat tujuan kerjasama, yakni mengembangkan dan memperkuat jaringan kerjasama antara Pemkab Maros, melalui jajarannya dimulai dari tingkat Pemerintahan Desa dengan Akademisi, Swasta dan Masyarakat serta Pelaku Budaya dan Pariwisata.

Kemudian mendorong terciptanya sinergi antara Pemkab Maros dengan Poltekpar Makassar, serta meningkatkan pengembangan pembangunan sektor pariwisata di Kabupaten Maros.

Ruang lingkup kegiatan pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Maros meliputi pengembangan SDM di sektor pariwisata, dan perencanaan pengembangan dan pembangunan destinasi, pemasaran, industri dan kelembagaan kepariwisataan di Kabupaten Maros.

Bupati Maros, AS Chaidir Syam mengatakan, Sangat mengapresiasi yang besar terhadap Titik awal Kerjasama ini dan berharap hal ini bisa dilanjutkan secara simultan terlebih saat ini kawasan Geopark Maros Pangkep diusulkan menjadi bagian dari UNESCO Global geopark.

“Kami sangat antusias dengan adanya MOu ini terlebih saat ini Maros merupakan salah satu dari satu kabupaten yang diusulkan menjadi world Heritage Unesco sehingga pengembangan sector pariwisata mutlak dilakukan terutama dengan perlunya peningkatan SDM , Kami berharap dengan Kerjasama dengan POLTEKPAR Makassar bisa mendorong perepatan pengembangan destinasi wisata terutama dalam hal penyiapan SDM dimulai dari tingkat desa , sehinggga perubahan mindset dan perilaku masyarakat terkait sector pariwisata bisa lebih baik lagi,” ungkapnya.

Senada dengan Bupati Maros Direktur PolTekPar Makassar, Drs Muhammad Arifin, MPd sangat menyambut Mou ini dan berharap Politeknik POLTEKPAR Makassar bisa memberi kontribusi dalam hal pengembangan Sektor Wisata di Kabupaten Maros.

“Ini adalah salah satu Langkah positif dalam hal pengembangan destinasi wisata terutama dalam hal mengembangkan desa wisata dimana semua elemen dilibatkan dalam hal pengembangan, hak ini juga bisa lebih efektif karena system yang digunakan adalah buttom up d jadi para pelaku pariwisata dan masyarakat lebih berperan aktif dalam pengembangannya , sis akita menyiapkan SDM yang lebih baik melalui pelatihan dan sosialisasi langsung,“ ungkapnya.

Dalam acara ini Turut Hadir, Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Maros, Kadis Pemdes, Kepala Desa Nisombalia, Kepala Desa Bontolempangang dan beberapa stakeholder terkait. (*)

Wakil Bupati Maros ingin situs To Manurung Karaeng LoE ri Pakere di Revitalisasi

MAROS MUSEUM — Sebidang tanah lapang yang dikenal dengan nama Ongkoe yang terletak di Dusun Pakere, Desa Bontotallasa Kecamatan Bantimurung adalah situs yang sangat bersejarah bagi Maros.

Di lokasi itulah dahulu sekitar 600 tahun yang lalu berdiri sebuah Istana Kerajaan di Maros yang pertama dengan Raja bergelar Karaeng LoE ri Pakere, seorang yang. dituliskan dalam manuskrip Lontara Marusu sebagai seorang To Manurung.

“…Karaeng LoE ri Pakere uru Karaeng ri Marusu, iyami To Manurung ri Pakere. nanikanai To Manurung kataniassengi assala kabattuanna…”

begitu bunyi petikan Lontara Marusu yang menjelaskan tentang seorang To Manurung Karaeng LoE ri Pakere sebagai Raja Pertama di Maros. Demikian Penjelasan Tim Ahli Cagar Budaya Maros H. Andi Fahry Makkasau yang juga adalah Ketua Majelis Keturunan Tomanurung Maros.

Dari arti penting situs di Pakere itulah lalu kemudian Pemkab Maros yang disampaikan oleh Ibu Hj Suhartina Bohari menyatakan bahwa dirinya berkeinginan bahwa Ongkoe yang terletak di Dusun Pakere sebagai situs kedatangan To Manurung Karaeng LoE ri Pakere ditetapkan sebagai Cagar Budaya dan selanjutnya di lokasi tsb direvitalisasi dengan membangun Baruga Karaeng LoE ri Pakere yang kemudian dapat menjadi pusat pelaksanaan acara Adat Tahunan berkenaan dengan Ulang Tahun atau Hari Jadi Maros.

“Kita ingin nama Pakere kembali mendunia sama seperti saat awal kedatangan To Manurung Karaeng LoE ri Pakere yang membuat banyak kerajaan2 tetangga tertarik membuat perjanjian persahabatan termasuk Kerajaan Gowa dan Bone ketika itu dan kejadian ini dicatat dalam Lontara Gowa dan Tallo” kata Ibu Suhartina. Dan kebanggaan ini sangat baik efeknya bagi Generasi Muda kita yang tentu akan makin cinta pada daerah dan negaranya tambah Wakil Bupati.

Niat tsb langsung diamini oleh Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Maros, Ferdiansyah yang saat itu juga meminta Tim Ahli Cagar Budaya Maros utk segera mendesain langkah sesuai regulasi agar situs Karaeng LoE ri Pakere dapat segera ditetapkan sebagai Cagar Budaya.
“tugas Pak Andi Fahry dkk sebagai Tim Ahli Cagar Budaya Maros utk segera mengambil langkah – langkah,” pungkas Ferdy singkat.

Selanjutnya Wakil Bupati Maros menyampaikan harapan agar rencana ini segera diwujudkan setidaknya dalam Perubahan Anggaran tahun ini sdh ada langkah yang diambil, sebelum lokasi tersebut yang konon telah berada dalam penguasaan pribadi membangun sesuatu di atas lokasi situs.

Andi Fahry Makkasau, sangat senang mendengar rencana Pemkab Maros yang disampaikan oleh Wakil Bupati tersebut karena menurutnya, dengan menyelamatkan situs Karaeng LoE ri Pakere kemudian melakukan revitalisasi di atasnya, maka kita telah menyelamatkan sebuah situs, saksi bisu yang sangat penting bagi Sejarah Maros, sebab jika kita berbicara Sejarah Maros maka semua harus berawal dari kedatangan Karaeng Loe ri Pakere dengan prestasi dan kiprahnya yang membumi sehingga 5 abad lalu Maros sudah digelar dengan Butta Salewangang, yaitu negeri yang sejahtera lahir dan bathin. negeri yang gema nestiti, tentram kerta raharja. Dan lokasi kedatangannya adalah di Ongkoe Pakere, kunci Fahry.

Museum Maros Tampilkan Berbagai Macam Koleksi Museum Melalui Pameran Temporer

Museum Daerah Maros – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Maros, menggelar pameran Museum temporer yang dilaksakanan dikawasan pusat perbelanjaan di Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros, pada sabtu siang,(10/04/21)

Pameran temporer ini menampilkan berbagai macam koleksi dari Museum Daerah Maros seperti koleksi arkeologi berupa cangkang molusca, fragmen gerabah dan artefak batu.

Selain itu ada pula koleksi keramologi berupa peralatan rumah tangga masa lampau, serta koleksi etnografi berupa koleksi badik tua.

Kegiatan ini pun menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung mall, pasalnya ada banyak dari pengunjung yang antusias melihat langsung berbagai macam koleksi milik Museum daerah tersebut.

Kepala Bidang Museum Andi Yuliana mengatakan kegiatan Pameran temporer ini bertujuan sebagai sarana edukasi ke masyakat sekaligus memperkenalkan jika Maros memiliki Museum daerah dengan berbagai macam koleksi peninggalan masa lampau.

” Sengaja kita pilih mall untuk kegiatan ini, tujuannya untuk memperkenalkan ke khalayak ramai jika Maros memiliki Museum daerah sendiri dengan berbagai koleksi peninggalan masa lampau. ” Sebutnya.

Kegiatan pameran temporer ini akan dilaksanakan selama dua hari, diharapkan setelah terlaksananya pameran ini antusias masyarakat untuk berkunjung ke Museum semakin tinggi.

“Besar harapan kami setelah terselenggaranya pameran ini kedepannya antusiasme masyarakat semakin tinggi untuk berkunjung ke Museum mempelajari masa lampau daerahnya. ” Harapnya.

Selain pameran teknologi spektakuler, Disbudpar Maros juga mengger lomba cerita rakyat dan pengumuman pemenang lomba penulisan sejarah lokal.