Arsip Tag: Museum Daerah Maros

Srikandi Dala Marusu menggelar silaturahmi akbar di Gedung Serba Guna Pemerintah Kabupaten Maros

MUSEUM,MAROS – Srikandi Dala Marusu menggelar silaturahmi akbar di Gedung Serba Guna Pemerintah Kabupaten Maros, Minggu (29/5/2022).

Empat raja hadir dalam acara silaturahmi akbar itu.

Diantaranya Raja Binuang XVIII, Andi Irfan Mappaewang beserta perangkat adatnya.

Kemudian Kedatuan Luwu XXXIX, Andi Bau Iwan Alamsyah Djemma Baru’e beserta perangkatnya.

Raja Gowa ke XXXVIII Andi Kumala Idjo Karaeng Lembang Parang beserta perangkat lembaga adat Kerajaan Gowa.

Serta pemangku adat Bone, Andi Baso Hamid.

Selain raja dan datu serta perangkatnya, juga hadir para pemangku adat, dan 300 komunitas pemerhati adat dan budaya.

Dalam acara silaturahmi akbar tersebut, Srikandi Dala Marusu’ juga akan meluncurkan buku Bunga Rampai Sejarah Maros.

Buku tersebut ditulis oleh Andi Fahri Makkasau Karaeng Unjung dan Andi Isbullah Pallawagau.

Andi Fahri Makkasau Karaeng Unjung mengatakan Buku Rampai Sejarah Maros itu menjelaskan tentang Asal Usul Kabupaten Maros.

Buku ini berisi sejarah Maros mulai dari abad 14 hingga memasuki masa kemerdekaan.

“Setiap kerajaan kami urai, hingga sistem pemerintahannya, sejarah raja-rajanya dan uraian zuriat dan nasabnya,” ujarnya.

Ia mengatakan, keinginan untuk menyelamatkan sejarah butta salewangan ini mendorongnya untuk menyusun buku ini.

“Semata-mata hanya ingin menyelamatkan sejarah, kepentingan masyarakat dan harga diri penerus kita,” ujarnya.

Andi Fahri menyebutkan dirinya membutuhkan waktu 33 tahun untuk merampungkan 10 bab dan 669 halaman buku ini.

“Saya mulai menulis buku ini sekitar 1989 dan baru selesai, siap diluncurkan tahun ini,” tuturnya.

Dalam proses penyusunannya, ia menggunakan berbagai literatur dan juga melibatkan puluhan narasumber.

“Saya menggunakan literatur pokok dari sejarawan yang sudah lebih dulu menulis, naskah-naskah kolonial sebanyak 34, 88 narasumber,” ungkapnya.

Untuk saat ini, buku tentang sejarah Maros ini masih dijual secara manual dengan harga Rp 285 ribu.

“Kita berharap, pemerintah daerah memanfaatkan buku ini untuk menjadi literasi budaya, sehingga pesan-pesan sejarah ini bisa meluas, sehingga penting masuk ke sekolah lebih bagus jika buku ini masuk muatan lokal,” tutupnya.

Sementara itu, Bupati Maros yang turut hadir mengapresiasi kegiatan budaya ini.

“Atas nama pemerintah daerah, saya mengapresiasi pelaksanaan kegiatan silaturahim ini, sebagai salah satu upaya dalam melestarikan dan mempertahankan adat dan budaya di Kabupaten Maros,” katanya.

Dengan adanya ajang silaturahim seperti ini, kata Chaidir, diharapkan akan dapat mendorong berkembangnya pelestarian budaya dan adat istiadat yang secara tidak langsung dapat mendukung pembangunan bidang ekonomi dan sosial budaya dalam upaya kita menuju ke arah pengembangan industri pariwisata.

Tradisi Mudu’ Jolloro’ Jadi Ajang Menarik Wisatawan ke Rammang-rammang

Museum,Maros – Berbagai cara dilakukan oleh masyarakat dalam menarik wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Sepertihalnya perayaan Maudu’ jolloro’ atau maulid perahu oleh ratusan masyarakat yang bermukim di kawasan wisata alam Rammang-rammang, Desa Salenrang Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros.

Sebagaimana perahu yang tidak dapat dilepaskan dari kultur masyarakat Rammang-rammang, sehingga perayaan maulid ditempat ini digelar dengan menggunakan perahu sebagai wadah untuk mengangkut makanan dalam memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW.

“Ini juga salah satu upaya untuk menarik wisatawan, Kami juga berharap kedepan bisa jadi event tahunan yang teratur dengan tetap menyusun konsep swadaya untuk membangun kearifan lokal”. Kata Iwan Dento, pelaksana kegiatan.

Di Desa Maros, berbagai cara aktif dilakukan untuk menarik wisatawan, seperti halnya di multiplayer slots yang melakukan promosi dan bonus untuk menarik pemain. Perayaan berbagai acara, seperti Maudu’jolloro dan hari ulang tahun, mengumpulkan ratusan orang, sehingga berkontribusi terhadap pengembangan kawasan wisata alam. Melalui penggunaan perahu dalam acara tersebut, tidak hanya warisan budaya yang terungkap, tetapi juga upaya untuk menarik perhatian dan mengembangkan infrastruktur pariwisata, mirip dengan bagaimana kasino mengembangkan promosi dan bonus baru untuk pemain. Permainan slot biasanya memiliki serangkaian simbol berbeda yang membentuk kombinasi pada gulungan atau gulungan virtual untuk menang. Kombinasi pemenang mengaktifkan pembayaran kepada pemain. Beberapa slot memiliki putaran bonus, putaran gratis, simbol khusus, atau pengganda yang membuat permainan lebih seru.

Selain sebagai upaya dalam membangun tradisi, untuk menarik wisatawan ke tempat ini. Maulid perahu sejatinya sebagai ungkapan kecintaan pada Nabi Muhammad Saw dan rasa syukur masyarakat pada sang pencipta atas sumber daya alam yang melimpah.

“Tahun ini kita kasi nama maudu’ jolloro’ atau maulid perahu, alasan utama sebenarnya adalah membangun rasa syukur dari masyarakat pelaku wisata di rammang-rammang atas sumber daya alam yang melimpah dan agar keterampilan yang mereka miliki harus disyukuri. Kegiatan ini sebenarnya adalah salah satu cara kami mengajak masyarakat untuk berbagi, silaturahmi bersedekah meskipun bentuknya hanya telur, nasi dan beras”. terangnya.

Tradisi Maulid yang digelar ditempat ini tentu sedikit berbeda dari kebanyakan tradisi maulid yang dilaksanakan masyarakat pada umumnya. Di sini hiasan makanan diarak di sepanjang sungai yang selama ini menjadi daya tarik wisatawan di lokasi itu.

Setidaknya lebih dari 50 unit perahu digunakan oleh warga bersama wisatawan, mengarak ratusan paket makanan berisi telur mulai dari jembatan sungai pute menuju mesjid dermaga 2 Rammang-rammang.

“Yang naik diperahu ada beberapa (turis mancanegara) yang jauh-jauh hari sudah janjian untuk ikut, karena ini momen satu tahun dan objek yang kita pakai adalah perahu yang mungkin jarang ditemui”. pungkasnya.

Mappadendang, Sebuah Tradisi Ungkapan Syukur Masyarakat Usai Panen

Museum,Maros – Mappadendang atau pesta panen, menjadi salah satu tradisi warisan leluhur masyarakat di tanah Bugis-makassar, sebagai ungkapan rasa syukur pada sang pencipta atas hasil panen (padi) yang melimpah.

Tradisi yang juga dikenal dengan sebutan A’dengka ase lolo (bahasa Makassar) atau Mannampu ase lolo (bahasa Bugis) ini, masih terus terjaga dan dilestarikan hingga kini oleh masyarakat di Sulawesi selatan.

Sepertihalnya tradisi Mappadendang yang digelar oleh ratusan warga di Dusun Baniaga, Kecamatan Turikale Kabupaten Maros ini.

Mappadendang atau pesta panen diselenggarakan setiap tahunnya, setelah panen padi atau setelah 10 hari perayaan Idul fitri selama 3 hari berturut-turut.

“Itu pesta panen dilaksanakan setelah panen setelah 10 hari idul fitri, itu dilaksanakan setiap tahun. Ini untuk mensyukuri nikmat Allah kita habis panen”. kata H. Akim Bando, selaku toko adat setempat.

Ditempat ini, ratusan masyarakat seringkali hadir untuk menyaksikan keseruan berbagai rangkaian upacara adat Mappadendang.

Orang-orang datang ke Mappadendang untuk melihat upacara adat, seperti halnya para pemain ice casino datang untuk mendapatkan bonus dan promosi yang bagus. Liburan ini diadakan setelah panen padi atau setelah perayaan Idul Fitri, sama seperti kasino yang secara rutin memperbarui bonusnya untuk menandai acara atau perayaan tertentu. Ratusan orang berkumpul di Mappadendang untuk berpartisipasi dalam upacara dan perayaan, seperti halnya kasino tempat orang berkumpul untuk berjudi dan hiburan.

Sebelum acara dilangsungkan, para peserta baik perempuan maupun laki-laki terlebih dahulu mengenakan baju adat, untuk memulai rangkaian ritual yang disebut Mannampu ase lolo (bugis) atau A’dengka ase lolo (Makassar) yang dapat diartikan dengan menumbuk padi muda.

Dengan kepiawaian para peserta menumbuk (menggunakan Alu terbuat dari kayu panjang) lesung berisi padi muda, sehingga menimbulkan bunyi-bunyian merdu yang berirama. Sesekali sorak-sorai penontonpun turut andil dalam memberi semangat.

Pada prosesnya, padi muda yang dituangkan kedalam lesung sebelumnya diolah oleh peserta lain dengan cara di sangrai sampai matang. Kemudian dituangkan kedalam lesung sebagai proses pemisahan kulit dengan isinya, lalu dibersihkan untuk proses lanjutan.

Tokoh adat setempat H. Akim Bando menerangkan, baik bahan dan peralatan yang digunakan dalam kegiatan ini, Semuanya dikumpulkan oleh masyarakat secara sukarela. Seperti halnya hasil panen padi yang dibawah oleh masing-masing masyarakat untuk dikelolah bersama.

“Persiapan kita sampaikan ke masyarakat, kita mau laksanakan mappadendang. Jadi semua masyarakat dilingkungan baniaga ini membawa beras, ada membawa kelapa, gula dan semua perlengkapan yang akan digunakan. Jadi tinggal ketua adat menerima di rumah”. terangnya.

Lebih lanjut iya menjelaskan, setelah proses penumbukan padi muda selesai. Seluruh bahan-bahan yang telah disediakan kemudian dicampur kedalam dua adonan dengan dua rasa yang berbeda.

Untuk rasa manis, padi muda yang telah diolah dicampur menggunakan kelapa dan gula merah. Sedangkan untuk varian rasa gurih dicampur menggunakan garam dan kelapa.

Pada proses penyajiannyapun, hasil olahan ini dinikmati secara bersama-sama. bahkan sebagaian dibagikan pada warga sekitar maupun penonton yang hadir pada acara pesta panen ini.

“Biar perasaan nyaman, kita makan ramai-ramai, perasaan syukur kepada Allah yang telah melimpahkan resikinya pada kita”. pungkasnya.

Menjejak Sejarah Tanah Maros Melalui Museum Daerah

Museum,Maros- Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan dikenal dengan daerah dengan beragam wisata terutama wisata sejarah.

Untuk melestarikan sejarah, Pemerintah Kabupaten Maros mendirikan sebuah museum yang menampilkan sejarah Maros dan sejumlah peninggalan purbakala.

Kepala Bidang Kesenian Dinas Pendidikan dan Lebudayaan Andi Ida Menjelaskan Museum Daerah Kabupaten Maros merupakan museum khusus yang dibangun dengan tujuan sebagai wadah untuk peningkatan pengetahuan dan kualitas pendidikan dengan penyeberan pengetahuan, aktifitas pembelajaran dan rekreasi.

“Ini merupakan museum khusus yang dibangun dengan tujuan sebagai wadah untuk peningkatan pengetahuan dan kualitas pendidikan dengan penyeberan pengetahuan, aktifitas pembelajaran dan rekreasi”,Jelasnya.

Museum daerah maros ini juga dilengkapi dengan penangkaran sebagai media observasi dan pelatihan penangkaran, museum ini mulai didirikan pada 1993 dan terletak di dalam Taman Wisata Bantimurung.

“Alfred Russel Wallace pernah tinggal di Kawasan Bantimurung pada 1856-1857, untuk menikmati pemandangan Bantimurung dan meneliti berbagai jenis kupu-kupu. Koleksi yang terdapat di museum ini berupa ratusan kupu-kupu yang sudah diawetkan dan sebagian besar ditemukan di wilayah Sulawesi Selatan”,Ucapnya.

Museum Daerah Kabupaten Maros berada di bawah kepemilikan Pemerintah Kabupaten Maros serta dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Maros.

Bupati Maros Luncurkan Kalender Kegiatan Pariwisata 2022, Beberapa Kegiatan Ada di Museum Daerah

Museum,Maros — Pemerintah Kabupaten Maros (Pemkab) meluncurkan top 44 calendar of event pariwisata 2022.

Kegiatan ini dibuka dengan talkshow calendar launching of event di area CFD Jl Asoka, Kecamatan Turikale, Kabupaten Maros, pada Minggu pagi, (27/02/22).

Hadir Bupati Maros, Chaidir Syam, Wakil Bupati Maros Suhartina Bohari, Ketua DPRD Maros, Andi Pattarai Amir serta seluruh tamu undangan.

Bupati Maros, Chaidir Syam mengatakan, peluncuran kalender event ini bertujuan untuk membangkitkan kembali ekonomi masyarakat melalui event maros 2022.

“Alhamdulillah kita baru saja meluncurkan kalender event untuk agenda pariwisata Maros, kita berharap event ini nantinya bisa membangkitkan kembali ekonomi masyarakat kita,” katanya.

Peluncuran Calendar of Event adalah salah satu upaya memulihkan ekonomi disektor pariwisata, mengingat pandemi Covid-19 cukup memukul sektor pariwisata.

“Ini komitmen kita bersama dalam rangka pemulihan meningkatkan ekonomi, memang dunia rekreasi pariwisata harus dihidupkan kembali khususnya di Maros,” katanya.

Ia pun berharap kerja sama dari seluruh stakeholder terkait dalam memajukan sektor pariwisata Maros.

Dengan adanya jadwal kegiatan pariwisata Kabupaten Maros di tahun 2022, wisatawan menjadi lebih tertarik berwisata ke Maros. Selain program kegiatan, para wisatawan juga dipersilakan untuk berkenalan dengan industri game Slotogate.

Disbudpar Maros Gelar Sosialisasi Museum ke Desa – Desa

Museum Daerah Maros – Bidang Kebudayaan Disbudpar Maros, melakukan sosialisasi museum ke 14 Desa yang tersebar di wilayah Kabupaten Maros, Sulawesi selatan.

Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan museum kepada masyarakat desa dan membangun sinergitas antara Pemerintah dan masyarakat dalam melestarikan kebudayaan.

Rabu pagi (07/04/21) Tim Museum Disbudpar Maros kembali melakukan sosialisasi museum kali ini di rumah adat kakaraengan balla lompoa yang diikuti puluhan masyarakat tentunya dengan penerapan protokol kesehatan covid-19.

Kepala Bidang Kebudayaan Andi Yuliana mengatakan sosialisasi museum ini dilakukan untuk melestarikan kebudayaan dan membangun sinergitas dengan masyarakat.

” Beberapa hari ini kita melakukan sosialisasi museum ke desa – desa yang ada di maros, dan pagi ini tim melakukan sosialisasi di rumah balla lompoa kakaraengan, tujuan dari kegiatan ini untuk memperkenalkan museum kepada masyarakat desa dan membangun sinergitas antara Pemerintah dan masyarakat dalam melestarikan kebudayaan.” Jelasnya.

Saat ini tim museum Disbudpar Maros telah mengunjungi 6 desa dalam kegiatan sosialisasi tersebut, dengan target kunjungan yaitu 14 desa.

” ini sudah lebih dari 6 desa yang kami kunjungi untuk mensosialisasikan museum daerah maros, kita membawa beberapa pemateri mereka mempresentasikan museum sebagai sarana pendidikan mengenai budaya masa lampau.” Ucap Kabid Kebudayaan Disbudpar Maros

Diharapkan melalui sosialisasi museum ini kedepannya jumlah kunjungan ke museum daerah dapat meningkat.

” Kita berharap setelah kegiatan ini jumlah pengunjung ke museum bisa meningkat.” Tambah Yuliana

Museum Daerah Maros – Pemkab Maros melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menggelar kegiatan belajar di museum yang bertujuan guna menumbuhkan rasa cinta anak usia dini terhadap museum.

Kegiatan belajar di museum itu dibuka langsung Wakil Bupati Maros Hj Suhartina Bohari. Dalam sambutannya, Wakil Bupati perempuan pertama di Kabupaten Maros ini meminta para guru untuk tetap semangat memberikan edukasi dan semangat terhadap anak-anak didik mereka.

“Sejak pandemi dalam setahun terakhir ini, tentu anak-anak kita rindu sekolah. Bahkan mungkin sudah banyak diantara anak-anak kita sudah lupa sekolahnya, sehingga semangat belajar mereka menurun. Olehnya itu, mari kita bersama-sama, khususnya para guru, untuk memupuk kembali semangat belajar anak kita”, ungkap Hati, sapaan akrab Hj Suhartina Bohari.

Dalam kesempatan tersebut, Hati juga menyampaikan rencana belajar tatap akan dimulai sesudah lebaran. “Jadi mudah-mudahan setelah lebaran nanti, sekolah tatap muka sudah bisa dimulai. Tapi tentu kita harus mengubah dulu wilayah kita menjadi zona hijau. Kalau sudah zona hijau, berarti sudah memenuhi satu poin untuk pelaksanaan sekolah tatap muka”, ungkapnya.

Lebih lanjut, Hati mengungkapkan saat pelaksanaan sekolah tatap muka dimulai, berbagai inovasi akan dijalankan, khususnya dalam menumbuhkan semangat belajar terhadap anak-anak.
“Jadi, saat sekolah tatap muka nanti, berbagai inovasi akan dijalankan, termasuk bagaimana memupuk semangat belajar anak-anak yang mungkin sudah di bawah 50 persen. Ini yang mau kita tumbuhkan, kalau perlu perbanyak di lapangan atau rekreasi agar anak-anak kembali semangat belajar” sebutnya.

Dalam kesempatan ini, Hati juga meminta agar protokol kesehatan Covid-19 tetap tetap ditegakkan. Kepada para guru, Hati meminta agar tetap menjadi benteng pendidikan di Kabupaten Maros.

“Untuk para guru terima kasih atas dedikasinya, anda adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Saya juga tidak akan menjadi Wakil Bupati tanpa anda (guru), tetaplah menjadi benteng bagi anak-anak kita. Mari jaga anak-anak kita, karena mereka adalah generasi penerus di Kabupaten Maros”, ungkap Hati di akhir sambutannya.

Disbudpar Maros Dukung Penuh Agenda Youth Forum BP Geopark Maros-Pangkep

MAROS – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Maros memberikan dukungan penuh Badan Pengelola (BP) Geopark Nasional Maros Pangkep untuk bergabung dalam Global Geopark UNESCO.

Hal itu diungkapan langsung Kepala Bidang Pariwisata Disbudpar Maros, Yusriadi Arief, dalam sambutannya pada pembukaan Workshop Geopark Youth Forum dengan tema Peran Pemuda dalam Pelestarian dan Pengembangan Kawasan Geopark Maros – Pangkep di Kawasan Wisata Alam Bantimurung, Kabupaten Maros, Minggu 7 Maret 2021.

Menurutnya, percepatan terwujudnya Geopark Nasional Maros Pangkep untuk bergabung dalam Global Geopark UNESCO masuk dalm 100 hari kerja Bupati dan Wakil Kabupaten Maros pada sektor pariwisata.

“Alhamdulillah, kita melihat progres teman-teman BP Geopark Maros Pangkep sangat signifikan, kita pastinya sangat apresiasi hal itu dan pada kesempatan ini, saya juga ingin sampaikan dukungan Bapak Bupati Maros, Chaidir Syam dan ibu Wabup Suhartina Bohari dalam program 100 hari kerjanya yang memprioritaskan program Badan Pengelola Geopark Maros Pangkep,” jelasnya.

Sementara itu, General Manager (GM) BP Geopark Maros – Pangkep, Dedi Irfan mengungkapkan hadirnya Youth Forum sebagai salah satu bagian dari BP Geopark Maros-Pangkep, mereka merupakan kumpulan pemuda dan pemudi yamg akan mendukung kinerja BP Geopark Maros- Pangkep dan untuk menjadi agen perubahan.

“Peran pemuda untuk menjadi agen perubahan dalam lingkungan site yang berada di kawasan Geopark Maros Pangkep sangat diperlukan untuk menjadi generaisi penerus terkait konservasi, edukasi dan pemberdayaan masyarakat di wilayah Geopark Maros – Pangkep,” bebernya.

Dedi Irfan melanjutkan, dimana hadirnya Youth Forum Geopark Maros Pangkep juga akan saling mendukung kerja-kerja dari beberapa bagian BP Geopark Maros Pangkep seperti pengelola geosite,
pemandu geoapark, bahkan seluruh stakeholder yang berkaitan dengan Geopark Maros Pangkep.

“Anggota dari youth ini merupakan pemuda-pemudi yang dibekali pengetahuan yang berada di site geopark untuk bisa membantu badan pengelola, pemerintah dan stake holder terkait untuk sosalasai manfaat dan kehadiran geopark Maros Pangkep. Termasuk membangun rasa cinta terhadap site Geopark Maros Pangkep,” jelasnya.

Kegiatan ini juga dihadiri langsung oleh Dewan Pengarah BP Geopark Maros Pangkep, AM. Irfan AB, yang Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan, Kementerian Lingkungan Hidup, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan, Disbudpar Pangkep dan Maros.

Sumber (Rakyat Sulsel)

Pameran Badik Ratusan Tahun di Maros

Museum Maros – Ratusan bilah badik pusaka dari berbagai jenis dipamerkan dalam ajang pameran bilah pusaka dan konservasi di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Badik dan keris yang telah berumur ratusan tahun itu merupakan koleksi dari berbagai komunitas, mulai dari jenis badik Taeng, Luwu, Gecong, Raja, Cindakko, Dedde Baru dan Sele dikumpul jadi satu.

Pameran ini digelar di objek wisata Rammang-Rammang, Maros, Sulawesi Selatan. Ratusan badik yang dipamerkan itu berasal dari berbagai komunitas.

Berbeda dari tahun sebelumnya, kegiatan budaya ini, ikut mengusung isu konservasi alam sebagai upaya menyatukan unsur budaya dengan lingkungan hidup sebagai satu kesatuan.

“Budaya dan alam menurut kami satu kesatuan dan menjadi satu identitas. Olehnya kegiatan tahun ini kami sengaja mengusung isu konservasi di dalamnya,” kata ketua Lembaga Badik Celebes Maros, Muhammad Hatta

Selain pameran pusaka, kegiatan yang digelar selama empat hari ini, juga menghadirkan berbagai kegiatan budaya lainnya, mulai dari kirab budaya, pentas seni hingga seminar kebudayaan dan arkeologi.

Sumber : Detiknews. Com

Museum Daerah Maros Gelar Rapat Persiapan Usulan Wariasan Budaya Tak Benda 2021

Rapat persiapan usulan warisan budaya tak benda yang digelar di Museum Daerah Maros (Dok. Museum)

Menindaklanjuti surat Kementrian dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Perlindungan Kebudayaan No. 3014/F4/KB/2020, tentang Permintaan Usulan Penetapan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia Tahun 2021. Seperti tahun-tahun seblummnya Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan Melaui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata pada tahun 2021 ini akan mengajukan usulan tentang WBTB yang ada di Sulsel termasuk di Kabupaten Maros.

Sehubungan dengan hal tersebut, Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Maros mengundang Ahli Cagar budaya dan beberapa Ketua Dewan Adat yang ada di Maros dalam rapat guna membahas tentang Persiapan Usulan Warisan Buadaya Tak Benda yang ada di Maros untuk selanjutnta disusulkan ke pusat. Rapat tersebut berlangsung di ruang rapat Museum Daerah Maros, Kamis (7/1/2021).

Rapat yang dipimpin Kepala Bidang Kebudayaan Disbudpar Maros, Hj. Rosmiati, S.Sos dihadiri oleh Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Maros Drs. Muhammad Ramli, Ketua Lembaga Adat Kekaraengan Marusu A. Abd. Waris Tajuddin, Krg. Sioja, Anggotta Lembaga Adat Jariminassa Tanralili
Karaeng Lallo dan . Muh. Bakri, S.Pd.I, Pendiri Lembaga Rumah Kecapi serta pengrajin kecapi Yusri Yusuf, Budayawan Kaemba Kecamatan Marusu H. Dahlan, Budayawan dari Balla Lompoa Kampala Kecamatan Marusu Andi Basri, serta Praktisi Musik Tradisional Maros Rahmat, S.Pd., M.M.

Dari hasil rapat tersebut diadap beberapa usulan yakni:

  1. Karaeng Marusu mengusulkan Tradisi Katto Bokko menjadi Warisan Budaya Tak Benda.
  2. Ketua Dewan Adat Jariminassa mengusulkan pencucian benda pusaka Warisan Budaya Tak Benda.
  3. Ketua Dewan Adat Kampala mengusulkan benda Regalia kerajaan Marusu sebagai Warisan Budaya Tak Benda.
  4. Ketua Dewan Adat Kaemba mengusulkan pesta panen menumbuk padi (appadekko ase lolo) Warisan Budaya Tak Benda.
  5. Pendiri Lembaga Rumah Kecapi mengusulkan musik Kecapi Warisan Budaya Tak Benda.

Warisan Budaya Tak Benda atau Intangible Cultural Heritage bersifat tak dapat dipegang (intangible/ abstrak), seperti konsep dan teknologi. Sifatnya dapat berlalu dan hilang dalam waktu seiring perkembangan zaman seperti misalnya bahasa, musik, tari, upacara, serta berbagai perilaku terstruktur lain. Dapun Kriteria WBTB adalah sebagai berikut. (pl)

  1. Merupakan identitas budaya dari satu atau lebih Komunitas Budaya.
  2. Memiliki nilai-nilai budaya yang dapat meningkatkan kesadaran akan jati diri dan persatuan bangsa.
  3. Memiliki kekhasan/keunikan/langka dari suatu suku bangsa yang memperkuat jati diri bangsa Indonesia dan merupakan bagian dari komunitas.
  4. Merupakan living tradition dan memory collective yang berkaitan dengan pelestarian alam, lingkungan, dan berguna bagi manusia dan kehidupan.
  5. WBTB yang memberikan dampak sosial ekonomi, dan budaya (multiplier effect).
  6. Mendesak untuk dilestarikan (unsur/karya budaya dan pelaku) karena peristwa alam. Bencana alam, krisis sosial, krisis politik. dan krisis ekonomi.
  7. Menjadi sarana untuk pembangunan yang berkelanjutan dan menjadi penjamin untuk sustainable development.
  8. Keberadaannya terancam punah.
  9. WBTB diprioritaskan di wilayah perbatasan dengan negara lain.
  10. Rentan terhadap klaim WBTB oleh negara lain.
  11. Sudah diwariskan dari lebih dari satu generasi.
  12. Dimiliki seluas komunitas tertentu
  13. Tidak bertentangan dengan HAM dan konvensi-konvensi yang ada di dunia dan juga peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia.
  14. Mendukung keberagaman budaya dan lingkungan alam.
  15. Berkaitan dengan konteks.